Anda pasti sudah mengerti bahwa setiap usaha wajib membuat sebuah pembukuan akutansi untuk menganalisa hasil bisnis anda tersebut. Sebuah laporan akutansi diperlukan untuk mendata nilai aset, nilai hutang dan yang paling utama adalah menghitung laba rugi nya sebuah usaha. Dan dalam artikel kali ini saya ingin membahas mengenai sistem akutansi dalam perusahaan dagang, yang mana sesuai dengan usaha kita yaitu minimarket.
Dalam akutansi perusahaan dagang dikenal dua metode yang umum dipakai untuk membuat laporan laba rugi, yaitu:
- Metode fisik persediaan
- Metode perpetual
Yang dimaksud metode fisik persediaan adalah sebuah metode yang menghitung nilai laba kotor dari selisih persediaan. Apa itu “persediaan”? persediaan adalah kata lain dari stok barang. Di eropa masih umum menggunakan istilah “stock”. Tapi secara internasional lebih dikenal sebagai “inventory”. Stock lebih banyak digunakan sebagai pengistilahan dari “saham”.
Metode fisik persediaan mewajibkan kita melakukan perhitungan stok pada akhir periode untuk menghitung selisih stok awal dan stok akhir. Sebagai contoh dapat kami jelaskan sebagai berikut:
Step 1:
Stok Awal 1 Januari Rp. 45.000.000
Pembelian dalam bulan januari Rp. 15.000.000
——————– +
Stok Tersedia bulan Januari Rp. 60.000.000
Step 2:
Stok Akhir 31 Januari Rp. 50.000.000 —> Hasil stok opname
Penjualan Selama Bulan Januari Rp. 70.000.000
——————– –
Laba Kotor Bulan Januari Rp. 20.000.000
Biaya-biaya Rp. 15.000.000
——————– –
Laba Bersih Rp. 5.000.000
Metode fisik ini mudah sekali dibukukan untuk pemula, namun dengan syarat apabila nilai stok persediaan anda mudah dihitung, tidak banyak varian, dan nilai pembelian tidak berubah-ubah. Toko yang cocok menerapkan sistem persediaan ini adalah grosir telur, grosir beras, dan atau grosir gula. Yaitu toko yang menjual barang secara spesifik dan khusus.
Metode perpetual, metode ini tidak mengharuskan kita untuk melakukan stok opname pada akhir periode. Dikarenakan harga pokok barang yang dijual dihitung seketika saat transaksi penjualan dilakukan. Namun perhitungan fisik tetap diperlukan sebagai kontrol nilai inventory yang merupakan aktiva lancar.
Contoh perhitungan laba rugi menggunakan metode perpetual:
Sebuah minimarket memiliki barang sebagai berikut:
Barang A Nilai beli Rp. 5.000 Nilai Jual Rp.6.000
Barang C Nilai beli Rp. 15.000 Nilai Jual Rp.20.000
Barang A Nilai beli Rp. 150.000 Nilai Jual Rp.180.000
Berdasarkan data penjualan ketiga barang tersebut terjual A sebanyak 100pcs, B sebanyak 200pcs dan C sebanyak 300Pcs. Maka perhitungan laba ruginya sebagai berikut:
Laba Kotor A 100 x (6.000-5.000) = 100.000
B 200 x (20.000 – 15.000) = 4.000.000
C 300 x (180.000 – 150.000) = 9.000.000
————– +
Total Laba Kotor 13.100.000
Biaya 9.000.000
————— –
Laba Bersih 4.100.000
Demikian secuplik tentang akutansi dalam minimarket. Semoga ini mampu menambah wawasan anda semua. Dalam kautansi, semakin kompleks sebuah bisnis tentu semakin komplek pula struktur penyusunan laporannya.