Usianya masih muda, 23 tahun, namun soal pengalaman bisnis, Alfian Khomari sudah cukup matang. Pengusaha muda sukses asal Jawa Timur ini merupakan CEO PT Qomar Investama Indonesia (Qomar Thousand Group), perusahaan Holding Company yang mempunyai anak perusahaan yang bergerak di beberapa sektor industri antara lain properti, agrobisnis, perdagangan umum, kontraktor jaringan infrastruktur it & investasi.
Di masa pandemi, Alfian Khomari juga sangat merasakan akan dampak dari adanya wabah pandemi Covid 19 ini terhadap bisnisnya, dimana omzet perusahaan turun drastis dan terjun bebas. Rencana strategis perusahaan di awal tahun pun kini tinggal kenangan akibat serangan virus pandemi.
Namun hal ini tidak membuat dirinya berdiam diri. Momen ini justru dianggapnya untuk menguji mental para pengusaha sekaligus tantangan supaya bisa survive dan membuat strategi baru.
Menurutnya, berbagai cara perusahaan dilakukan agar usahanya bisa bertahan, mulai dari menerapkan sistem bekerja dari rumah sampai PHK massal, memotong upah pekerja, dan menunda membayar upah pekerja.
“Sebaiknya pelaku usaha tetap tenang saat menghadapi pandemi virus corona ini, sehingga pelaku usaha dapat mengambil langkah yang tepat. Selain menghadapi dengan tenang, pelaku usaha harus berpikir lebih kreatif lagi,” ungkapnya. Hal ini pula yang membuat perusahaannya mampu bertahan bahkan bisa tetap profit.
“Semua sektor lini bisnis saya mayoritas terdampak, omzet perusahaan saya mengalami penurunan secara drastis. Namun ada satu sektor yang masih bisa menjadi peluang untuk mengamankan cash flow perusahaan, yakni sektor pangan agrobisnis,” ujar Alfian Khomari
Atas keberhasilannya tetap survive di tengah pandemi, ia berbagi beberapa tips yang bisa dilakukan oleh para pelaku usaha:
1. Jujur dan transparan
Sebaiknya perusahaan bersikap jujur dan transparan kepada karyawannya terkait kondisi yang dialaminya. Dengan begitu perusahaan dapat merundingkan langkah apa yang terbaik bagi karyawan dan perusahaannya.
2. Menentukan strategi bisnis perusahaan
Jika dengan strategi bisnis yang sedang dijalankan perusahaan masih dapat berjalan, maka sebaiknya pertahankan. Namun, jika tidak dapat bertahan perusahaan dapat menggunakan melakukan pivot dari core bisnis. Pivot sendiri memiliki arti mencari model bisnis yang lain, namun tetap berada divisi yang sama dengan perusahaan. Bisa juga perusahan menjalankan keduanya secara bersama.
3. Mengarahkan karyawan dengan sesuai dengan kebutuhan saat ini
Setelah menentukan strategi bisnis perusahaan harus mengarahkan karyawannya agar strategi bisnisnya dapat berjalan dan sesuai kebutuhan.
4. Untuk yang status kontrak, jika berakhir tidak perlu diperpanjang
Jika perusahaan yang memiliki karyawan yang status kontraknya akan berakhir sebaiknya menunda perpanjangan lebih dahulu. Jika dirasa karyawan bekerja dengan baik dan perusahaan tidak ingin melepaskan karyawan, maka solusinya jadikan sebagai mitra/distributor/reseller/freelance.
5. Jika cash flow berdarah, lakukan negosiasi dengan karyawan melalui bipartite
Perusahaan yang mengalami cash flow yang menyulitkan, maka perusahaan dapat melakukan negosiasi dengan karyawan melalui bipartite.
Bipartite adalah perundingan antara pekerja atau serikat pekerja dengan perusahaan untuk menyelesaikan hubungan industrial. Perusahan sebaiknya merundingkan terkait kesepakatan baru tentang kondisi saat ini. Apakah harus PHK atau melakukan no work no pay?
Lalu, bagaimana status pembayaran sewa, pembayaran ke supplier? Perusahaan dapat melakukan pencatatan / inventarisir semua kewajiban yang ada. Sehingga perusahaan dapat menentukan mana pembayaran yang harus didahulukan, ditunda, atau dinegosiasikan lagi.
Jika ada pembayaran yang tidak produktif, sebaiknya lakukan negosiasi terkait waktu, jumlah, dan cara pembayaran. Apabila pembayaran terkendala force majeure, perusahaan dapat mengumpulkan bukti dan membuat kesepakatan yang baru.
Terkait apakah harus tetap menjual barang/jasa yang sama dengan legalitas saat ini? Perusahaan harus dapat beradaptasi. Perusahan dapat memanfaatkan sumber daya atau resource yang ada untuk menjual barang/jasa yang dibutuhkan konsumen saat ini.
Jika barang/jasa yang dijual perusahan tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen saat ini, maka perusahaan dapat melakukan produksi atau distribusi produk. Untuk produksi sesuaikan kebutuhan konsumen saat ini. Sedangkan untuk distribusi, perusahaan dapat membantu menjual produk yang dibutuhkan saat ini.
Terkait dengan legalitas sebaiknya gunakan legalitas yang sudah ada di perusahaan. Sebaiknya perusahaan fokus pada pendapatan terlebih dahulu. Namun, jika legalitas itu terkait dengan perizinan produk barang/jasa yang dijual sebaiknya perusahaan segera mengurusnya.
Semaksimal mungkin pertimbangannya adalah apakah biaya yang keluar berpotensi untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.
“Perusahaan juga dapat melakukan kolaborasi dengan perusahaan lain yang produknya dibutuhkan konsumen saat ini. Sehingga dapat membuat perjanjian kerjasama yang bersifat win-win. Selain itu, dengan kolaborasi ini bisa memaksimalkan resource yang ada dan tidak perlu modal lagi. Memaksimalkan resource yang ada dan seluruh pengeluaran baru diarahkan menjadi variable cost.”
Lalu, apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan untuk bisnis pasca pandemi virus corona? Jika di saat situasi pandemi virus corona perusahaan mengalami peningkatan bisnis perlahan, maka perusahaan harus mempersiapkan lagi terkait pendapatan, model bisnis, struktur bisnis, SDM, dan strategi pemasaran.
Pengusaha juga harus mempersiapkan terkait legalitas jika bisnis baru yang dijalankan saat pandemi virus corona menghasilkan profit.
“Itulah beberapa tips agar bisnis dapat bertahan menghadapi pandemi virus corona tanpa melanggar hukum. Memang di kondisi yang sekarang merupakan masa yang sulit bagi beberapa perusahaan. Namun, sebaiknya perusahaan dapat memanfaatkan masa sulit ini dengan hal-hal yang baik,” demikian Alfian Khomari.
sumber : liputan6.com